Kamis, 24 Januari 2013


Sholat Dhuha
Mengapa Tidak ?
Bab I
Pendahuluan
  1. Latar Belakang

    " Tidak Ku ciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk menyembah kepada Ku ".
Dari arti ayat tersebut dapat jelaskan bahwa manusia punya kewajiban hakiki kepada Allah SWT yakni selalu ingat ( menyembah ) kepadaNya. Di setiap nafas yang dihembuskan dan ke mana saja kaki melangkah, entah itu malam atau siang, serta di mana pun manusia itu berada, baok dalam kondisi suka maupun duka tetap harus selalu ingat kepadanya.
Salah bentuk atau tatacara untuk mengimplementasikan rasa ingta ( menyembah )
 adalah sholat. Secara subtansional sholat itu terbagi dua yakni sholat fardlu ( sholat wajib ) dan sholat sunah. Sholat fardlu merupakan kewajiban yang harus ditunaikan setiap muslim. Sholat fardlu yang dalam waktu 24 jam terbagi dalam lima waktu yakni isya, subuh, dluhur, asyhar, dan magrib.
    Sedangkan sholat sunah adalah sholat yang boleh dilakukan, dan bila tidak dilakukan juga tidak mendapat dosa. Namun bagi mereka selalu ingin dekat dengan Sang Khalik sholat sunah merupakan media yang dipilihnya. Seperti sholat dhuha, sholat witir, atau sholattul lail. Keberadaan sholat sunah terkadang menjadi kebutuhan bagi manusia yang ingin mendapat mahabbah lebih dari Allah SWT. Karena ketika Allah cinta kepada kita, maka doa - doa yang dipanjatkan ridloNya.
II Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
BabII
Pembahasan

II. Pengertian Sholat Dhuha
  
   Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur atau ketika waktu dhuha.  Afdhalnya dilakukan pada pagi hari disaat matahari sedang naik ( kira-kira jam 7.00 pagi) atau ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta. Shalat Dhuha lebih dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki dari Allah, berdasarkan hadits Nabi : " Allah berfirman : Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya " ( HR.Hakim dan Thabrani ).
   Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika waktu dhuha. Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka’at sekali salam.

III. Dasar Sholat Dhuha

Hadits Rasulullah SAW terkait shalat dhuha antara lain :
“Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana    
 disurga”
 (H.R. Tirmiji dan Abu Majah)
“Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.”
(H.R Tirmidzi)
“Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat.”
 ( HR Abu Daud )
“Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata,”Nabi SAW keluar ke penduduk Quba dan mereka sedang shalat dhuha‘. Beliau bersabda,?Shalat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari).”
( HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi )
“Rasulullah bersabda di dalam Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” ( HR Hakim & Thabrani )
“Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat shalatnya setelah shalat shubuh karena melakukan i’tikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat shalat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun banyaknya melebihi buih di lautan.”
 (HR Abu Daud)
VI. Keutamaan Sholat Dhuha
   
    Allah SWT dalam beberapa ayat bersumpah dengan waktu dhuha. Seperti dalam pembukaan surat Assyams, Allah berfirman, ''Demi matahari dan demi waktu dhuha.'' Bahkan, ada surat khusus di Alquran dengan nama Addhuha. Menurut keterangan Imam Arrazi bahwa bila Allah SWT  bersumpah dengan nama sesuatu, itu artinya ada sesuatu yang ingin ditunjukan kepada mahluknya dan didalamnya pasti ada sesuatu yang agung dan besar manfaatnya.
Seperti sumpah Allah dengan waktu dhuha, itu artinya waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting. Dan ini sinergi dengan doa Rasulullah SAW: Allahumma baarik ummatii fii bukuurihaa. Artinya, ''Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku di waktu pagi.'' Maka beruntung sekali bagi orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi (waktu subuh dan dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia tidak kebagian keberkahan itu.
    Keberkahan lain dari sholat dhuha adalah , seperti hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dzar ,
 '' Bagi tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya setiap pagi. Satu kali membaca tasbih (subhanallah) adalah sedekah, satu kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha.''
(HR Muslim).
Sedangkan  hadist lain  dari Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani', ''Kadang Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat.'' (HR Muslim). Imam Attirmidzi dan Imam Atthabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu dhuha, kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji dan umrah diterima. Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini kedudukannya hasan.
    Jadi jelaslah,  bahwa shalat Dhuha mempunyai keutamaan yang sangat luar biasa dan sekaligus sebagai upaya untuk selalu dekat dengan Allah SWT.
Beberapa keutamaan sholat dhuha:
 1. Mendapat pengampunan dosa dari oleh Allah SWT, sekalipun dosa itu sebanyak
   buih di lautan.
 2. Dibuatkan untuknya istana disurga
 3. Dicukupkan kebutuhannya pada pagi dan sore

V. Hikmah Sholat Dhuha
Hikmah adalah energi positif yang diperoleh dari dari nilai - nilai yang terdapat disetiap prilaku atau amaliah dilaksanakan. Hikmah itu bersifat individulis. Artinya hikmah itu dapat dirasakan oleh setiap manusia namun sulit untuk tularkan. Hikmah yang melekat pada harta wujudnya berupa barokah.
Berikut ini beberapa contoh hikmah yang dapat dirasakan oleh :
1. Pelajar
   a. Mudah memahami soal.
   b. Mudah mengerjakan soal.
   c. Nilai tes atau ujian melebihi dari yang ditargetkan
   d. Naik kelas
   e. Lulus Ujian sekolah atau nasional 
   f. Tidak mudah strees
   g. Ilmu lebih bermanfaat
   h. Mudah mencari pekerjaan, dll.
2. Pekerja / wiraswasta / pegawai
   a. Pikiran lebih tenang
   b. Selalu berpikiran positif
   c. Jauh dari budaya hedonisme
   d. Hidup lebih terkontrol
   e. Dijauhkan dari sifat iri, sombong, ujub, dll. 
VI. Bacaan Sholat Dhuha
  1. Niat Sholat Dhuha
"Ushalli sunnatal Dhuha rakataini lillahi Ta'aalaa"
    Artinya : aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah
  2. Bacaan Sholat Dhuha
Surat yang dibaca dalam sholat dhuha:
    Pada hakekatnya tidak diatur surat apa yg wajib dibaca, tapi disunnahkan
    pada rakaat I :
    Setelah membaca surat al-fatihah lalu membaca surat asy-syamsu.
    jika tidak hafal cukup membaca Qulya.
    pada rakaat II :
    Setelah membaca surat al-fatihah lalu membaca surat adh-dhuha.
    jika tidak hafal cukup membaca Qulhu.
VII. Rekaat
“Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana di surga”
(H.R. Tirmiji dan Abu Majah)
“Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat.”
(HR Abu Daud)
   Jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at. Dan dilakukan dalam
   satuan 2 raka’at sekali salam.
VIII. Doa
Doa Setelah Sholat Dhuha

 Doa sesudah sholat dhuha

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA,
WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBAADAKASH SHALIHIN.

Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu,   
        keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan
        adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila
        rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi
        maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah,
        apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai
        Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada  
        hamba-hambaMu yang soleh”.

Selasa, 01 Maret 2011

Weh – wehan: Potret Kerukunan Beragama di Kaliwungu
oleh : Lek Basyid
Lain ladang lain belalang itulah ungkapan yang tepat untuk menyikapi keanekaragaman budaya negeri ini. Maka tidaklah berlebihan jika negeri kita mendapat julukan negeri sejuta pesona. Baik pesona alam maupun pesona budaya (tradisi).
Tradisi yang berkembang di tengah masyarakat tidak lepas dari kenyakinan masyarakat setempat. Seperti kebahagian menyambut Iedul Fitri muncullah tradisi halal bil halal. Tradisi Gerebek Besaran di Demak, Sekaten di Solo, Dug deran di Semarang, dan tardisi padusan ketika menjelang bulan Puasa. .
Salah satu dari sekian tradisi yang masih terpelihara dengan baik di tengah masyarakat adalah weh – wehan di Kaliwungu. Tradisi weh – wehan di Kaliwungu ini memang kurang populer bagi masyarakat Jawa dibanding Gerebek Besaran, Sekaten atau Dug Deraran.
Tradisi weh – wehan di Kaliwungu dilaksanakan dalam rangka memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW yakni pada bulan Maulud. Tradisi ini oleh orang – orang Kaliwungu diberi label Bodho Ketuwin. Ketuwin sendiri berasal dari bahasa Jawa. Secara morfologi Ketuwin berangkat dari kata dasar tuwi – nuweni – ketuwin. Tuwi berarti tilik, nuweni (nilik’i : mengunjungi), ketuwin (saling mengunjungi ).
Weh-wehan
Weh-wehan berasal dari kata aweh dalam bahasa Jawa yang bermakna memberi. Weh-wehan merupakan kata ulang / reduplikasi yang bermakna saling. Sehingga weh-wehan bermakna saling memberi / barter jajan. Menurut para kiai sepuh di Kaliwungu bahwa weh-wehan itu bukan sekedar saling tukar jajan sebagaimana lakukan disaat melakukan weh – wehan tetapi lebih dari itu.
Beberapa pesan moral yang dapat diambil dari tradisi weh – wehan adalah pertama berbagi kebahagian. Disaat tradsisi weh-wehan berlangsung semua anak membaur jadi satu. Baik si kaya atau si miskin, baik muslim atau nonmuslim. Mereka membawa jajannya dari rumah ke rumah untuk saling tukar. Mereka tidak melihat jenis atau harga jajanny tetapi bagaiman cara menyambutnya. Bahkan tak jarang mereka memakai pakaian terbaik yang dimilikinya. Kedua tepo sliro (saling menghormati). Ketiga sodaqohan. Keempat ta’arufan yang artinya saling kenal.
Sumpel
Salah satu jajan yang menghiasi tradisi weh –wehan adalah sumpel. Sumpel diyakini merupakan makanan khas Kaliwungu. Sehingga setiap kali ada tradisi weh – wehan, sumpel menjadi bagian tak terpisahkan.
Sumpel terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun bambu. Setelah itu di masak seperti ketika memasak lontong atau ketupat. Setelah matang sumpel dapat dihidangkan dengan berlalap sambar kelapa. Bentuk sumpel segitiga. Persis seperti senjata rahasia ninja. Ukuran sumpel bervariasi tergantung lebar dan tidaknya daun bambu.
Meskipun bentuknya seperti itu, ternyata sumpel ketika diposisikan berdiri mempunyai makna filosofis yang sangat mendasar terutama untuk masyarakat muslim. Makna filosofis tersebut merupakan perlambang dari keseimbangan hidup manusia. Yakni ketika ujung atas pada sumpel merupakan perlambang hubungan kita dengan Allah SWT ( hablu minallah). Sedangkan ujung bawah kanan kiri, merupakan perlambang hubungan kita dengan sesama ( hablu minannas ).
Lek Basyid
Penulis adalah PNS
Di linghkungan dinas pendidikan Kab. Kendal
tinggal di Perum. Kaliwungu Indah.

Senin, 31 Januari 2011

Jiping : Alternatif Wisata Religi dari Kaliwungu

Jiping : Alternatif Wisata Religi
oleh Abdul Basyid *
 The long live education .
      Itu pernyataan yang pas untuk menyikapi satu tradisi belajar yang di tengah masyarakat. Bahkan kebiasaan itu berlangsung secara turun temurun. Meskipun  jaman sudah berubah. Tradisi belajar itu adalah ngaji.  
      Ngaji merupakan proses belajar yang dititikberatkan pada persoalan agama. Kegiatan ini dapat kita jumpai diperbagai tempat di seluruh negeri ini. Baik di kota mapun di pelosok desa. Jamaahnya pun bervariasi dari yang muda hingga kakek / nenek. Begitu pula tempatnya ada yang di masjid, musholla, majlis ta’lim atau di rumah para ustazdnya.
      Metode yang dipakai dalam mengaji adalah auditorial. Atau oleh orang – orang kampung dikatakan ngaji Nguping ( Jiping) . Dikatakan ngaji nguping karena proses alih informasinya dengan merode mendengarkan. Sehingga kegiatan ngaji nguping cenderung satu arah,  monoton dan membosankan.
      Di berbagai tempat di kabupaten  Kendal kegitan ngaji nguping dapat dijumpai setiap harinya. Apalagi di bulan ramadhan ini.  Waktunya sangat variasi. Dan tempatnyapun tidak satu lokasi. Misalnya antara Sabtu hingga Kamis di masjid Al Muttaqin Kaliwungu yakni ngaji tafsir Al Quran yang diampu oleh KH. Nidzomudin. Waktunya pukul 05.30 – 07.00. Selasa dan Sabtu di majlis ta’lim Bani Umar Al Karim yang dipandu oleh KH. Muhibbudin. Waktunya pukul 08.00 – 10.00 WIB.  Di rumah KH. Sholahudin yakni setiap hari kecuali malam Jum’at yakni ba’da sholat Magrib hingga azan sholat Isya. Di kampung Kauman juga ada yakni di Ustazd Lukman Hakim yang berlangsung setiap hari dari pulul 20.00 - 22.00 WIB. Dan masih banyak lagi.
Motivasi   
       Kegiatan ngaji nguping atau  mulang ngaji nguping mencapai klimaknya ketika bulan suci Romadhon. Dari pagi hingga larut malam tempat – tempat tersebut selalu ramai didatangi para santri baik dari sekitar atau luar daerah. Motivasinya mengharap berkah dari bulan Ramadhan.
           Selain itu motivasi tersebut, semangat mengaji  juga  dilandasi niat ibadah dengan tujuan supaya bener. Bukan pinter. Jika sudah bener silahkan untuk tidak ngaji dulu.
           Mengapa motivasinya supaya bener kok bukan pinter ? Inilah yang terkadang menjadi tanda tanya oleh jama’ahnya. Ternyata banyak orang pinter di tengah – tengah kita banyak yang prilakunya tidak bener. Sehingga banyak kita jumpai persoalan – persoalan di negeri  disebabkan oleh orang – orang pinter.
Konsep 5 D
           Meski terbilang kuno ngaji nguping yang sering dilalukan oleh masyarakat Indonesia ternyata memiliki konsep 5 D yakni Datang, Duduk, Dengar, Diingat dan Dipraktikan. Yang dimaksud datang adalah menghadiri pengajian dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati. Setelah itu carilah tempat duduk sesuka hati. Tidak ada tempat yang permanen. Siapa yang datang paling awal , maka banyak peluang mencari tempat yang paling asyik dan rileks. Ketika proses ngaji nguping telah mulai jama’ah dengan penuh kesadaran mendengarkan uraian dari kiai atau ustazd. Jika ada kesempatan untuk bertanya para jamaah biasanya berebut untuk mengajukan pertanyaan.
             Tak jarang persoalan yang ditanyakan adalah masalah – masalah yang aktual dan terkini.  Seperti tentang hukum bagi – bagi uang pada saat pilkada, hukum merokok, dan lain – lain.
              Pada saat mengaji jamaah tidak dituntut harus membawa buku catatan atau memiliki kitab, maka yang diharapkan oleh kiai atau ustazd adalah mengingat – ingat. Hal ini dapat dimaklumi karena jamaah ngaji nguping kebanyakan berusia di atas 40 tahun dan bahkan sudah udzur. Untuk soal mempraktikan, kiai atau ustazd tidak pernah memaksa. Yang penting mereka mau meluangkan waktu untuk mengaji sudah sangat luar biasa.
Wisata Religi
       Ngaji nguping ( Jiping ) adalah salah satu dari sekian bentuk wisata religi. Bahkan ngaji nguping tergolong wisata religi terbilang murah meriah. Karena kiai atau ustazd tidak pernah minta imbalan atau iuran. Bagi kiai atau ustazd kedatangan mereka adalah berkah buatnya.  Lebih banyak jamaahnya berarti semakin manfaat ilmu dimilikinya
        Untuk itu marilah kita luangkan waktu untuk mengaji, agar hati kita tidak kering. Dan terlebih lagi kita dapat memfilter segala persoalan yang menyangkut masalah kenyakinan berakidah. Tanyakan pada kiai atau ustazd kita tentang berkenyakinan jangan sampai bertanya kepada rumput yang bergoyang.          



Abdul Basyid*
Penulis adalah sekretaris
Lembaga Seni dan BudayaMuslimin Indonesia
(Lesbumi) Kecamatan Kaliwungu Selatan
tinggal di Perum. Kaliwungu Indah   


Ketuwen di Tengah Peralihan Budaya Masyarakat Kaliwungu

Ketuwen di Tengah  Peralihan Budaya
 Masyarakat Kaliwungu
Oleh : Abdul Basyid
Sejak Kaliwungu diproyeksikan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di wilayah Jawa bagian utara oleh Bupati Kendal,  menjadi tanda tanya sebagian masyarakat Kaliwungu. Kekhawatiran ini wajar, mengingat belum adanya informasi dan sosialisasi yang akurat dari pemerintah tentang apa itu KEK, dan bagaimana manfaat KEK untuk  masyarakat Kaliwungu. 
Kekhawatiran – kekhawatiran yang berkembang di masyarakat jika ditelusuri ada tiga macam. Yakni kekhawatiran  ekonomi, kekhawatiran sosial budaya, dan kekhawatiran tataruang kota. Potret kekhawatiran tersebut jangan sampai dibiarkan begitu saja. Apa yang terjadi terhadap Jakarta, Semarang, dan kota –kota besar lainnya jangan sampai terulang di Kaliwungu.
Kaliwungu adalah kota santri. Julukan yang melekat ini tidaklah ringan untuk disandang. Meskipun fakta berbicara kalau di Kaliwungu banyak dijumpai pondok persantren, dan itu merupakan pusat pembelajaran agama. Bahkan kondisi kesantrianpun dapat dilihat dari budaya masyarakat setempat. Kesantrian masyarakat Kaliwungu ternyata memberi warna terhadap budaya (baca : tradisi). Yang inilah menjadi pembeda antardaerah. Perbedaan inilah yang sebenarnya memberi khasanah budaya bangsa ini. Dan marilah tradisi-tradisi ini terus kita pelihara, meskipun terjadi  peralihan paradigma masyarakat.
Lain ladang lain belalang.
Lain ladang lain belalang itulah ungkapan yang tepat untuk menyikapi keanekaragaman budaya negeri ini. Maka tidaklah berlebihan jika negeri kita mendapat julukan negeri sejuta pesona. Baik pesona alam maupun pesona budaya. Budaya yang berkembang tidak lepas dari pengaruh kenyakinan masyarakat setempat. Seperti agama yang dianutnya. Contohnya ketika kebahagian menyambut Iedul Fitri muncullah budaya halal bil halal. Ketika Iedul Adha masyarakat Demak mengadakan Gerebek Besaran. Ada pula Sekaten di Solo. Dug deran dan budaya padusan menjelang Romadhon pun terpelihara dengan baik oleh masyarakat kita.
Salah satu dari budaya yang berkembang di tengah masyarakat adalah Ketuwinanan. Budaya ini memang kurang populis bagi masyarakat di pesisir utara. Namun kalau kita dekati secara ilmu budaya,  ketuwinan ini memberi pembelajaran yang luar biasa kepada masyarakat. Cuman sayang budaya ini hanya ada di kecamatan Kaliwungu. Yakni sebuah kota kecil yang di sebelah barat kota Semarang.
Bagi masyarakat Kaliwungu Ketuwin merupakan hari raya ketiga setelah Iedul Fitri dan Iedul  Adha. Sehingga orang-orang tua terdahulu sering menyebutnya Bodho Ketuwin. Ketuwin secara morfologi  berasal dari kata dasar tuwinuweni – ketuwin. Tuwi berarti tilik, nuweni (nilik’i : mengunjungi), ketuwin (saling mengunjungi ).    
Tradisi Ketuwinan
      Mengapa masyarakat Kaliwungu begitu antusias memelihara budaya Ketuwinan ?
Pertama Ketuwinan merupakan implementasi dari  silahturohim. Penggambaran silaturrohim di ketuwinanan adalah weh – wehan. Kedua waktu penyelenggaraan di bulan Maulud yakni bulan ketiga di kalender Hijriyah. Pada bulan Maulud semua masyarakat dunia bergembira karena pada bulan ini Allah SWT telah mengirimkan sosok manusia yang menjadi suri tauladan dan memberi keberkahan seluruh umat manusia yakni Muhammad SAW. Kebahagian itu juga dirasakan oleh masyarakat Kaliwungu. Kekegembiraan itu  sudah tergambar ketika  memasuki hari – hari terakhir di bulan Safar. Di hari terakhir bulan Safar masyarakat Kaliwungu menyelenggarakan  Rebo  Pungkasan. Rebo Pungkasan berarti Rabu terakhir di bulan Safar. Acara Rebo Pungkasan adalah berzanji ( baca kitab maulud) dilaksanakan pagi hari. Di mulai pukul 05.30 WIB. Seluruh masyarakat tumpah ruah mendatangi musholla-musholla atau surau-surau dengan membawa jajan yang sudah disiapkan dini hari.
       Ternyata Rebo Pungkasan menjadi awal diadakannya weh-wehan di sore hari. Weh-wehan  yaitu saling bertukar jajan. Weh-wehan dilaksanakan setiap hari Kamis setelah anak-anak kecil pulang madrasahan. Selain itu, Rebo Pungkasan juga sebagai pembuka diadakan berzanji malam hari  di musholla sampai tanggal 12 Maulud.
       Ketiga adanya motivasi untuk berkarya dan berprsetasi. Perwujudan  berkarya di saat
Ketuwinan seperti membuat teng – tengan, menginovasi pembuatan manggar dan menciptakan aneka makanan.  Sedangkan wujud dari prestasi, diadakannya lomba – lomba untuk anak – anak madrasahan. Seperti lomba baca maulud, khitobah, kaligrafi, dan seni baca Al qur’an. Keempat penyelamat makanan tradisional. Di saat ketuwinan banyak makanan khas rakyat dimunculkan kembali. Seperti sumpel, kupat jembut, ketan abang ijo, ketan srondeng, kicak, dan klepon.
Ada apa dengan Weh-wehan
       Weh-wehan merupakan perwujudaqn dari  silaturrohim ? Weh-wehan berasal dari kata weneh (bahasa Jawa yang berarti diberi). Weh-wehan merupakan kata ulang  / reduplikasi yang bermakna saling. Sehingga weh-wehan bermakna saling memberi / bertukar jajan. Ketika  proses saling memberi terjadilah hubungan saling mengunjungi. Namun demikian, hakikat weh-wehan tidak  sebatas saling tukar jajan atau mengunjungi saja . Menurut para kiai sepuh di Kaliwungu bahwa weh-wehan memberi pembelajaran yang sangat mulia. Pertama weh-wehan bermakna berbagi kebahagian.  Pada weh-wehan semua anak membaur jadi satu. Tidak dipandang si kaya atau si miskin, muslim atau nonmuslim. Kondisi ini sesuai  dengan misi nabi Muhammad SAW diturunkan ke bumi yakni sebagai rohmatalil alamin. Kedua dengan Weh-wehan diharapkan muncul budaya tepo sliro (saling menghormati). Ketiga lewat budaya weh-wehan diharapkan akan tumbuh budaya sodaqohan. Keempat ta’arufan yang artinya saling kenal.
Sumpel
       Ketuwin terasa kurang jos jika tidak ada sumpel. Sumpel diyakini merupakan makanan khas Kaliwungu. Sehingga setiap kali peringatan ketuwin digelar ada beberapa hal yang tidak dapat ditinggalkan yakni memasang teng-tengan di depan rumah, mauludan / berzanji setiap hari, dan weh – wehan.  Dari semua kegiatan di bulan Maulud weh – wehan banyak menyita perrhatian, karena pada kegiatan itu  muncullah beberapa makanan khas Kaliwungu. Salah satunya adalah sumpel. Sumpel adalah makanan  berbahan dasar beras yang dibungkus daun bambu dan berbentuk segitiga. Pasangan sumpel adalah sambel kelapa. Memasak sumpel seperti layaknya memasak lontong atau ketupat. Kesulitan membuat sumpel adalah sulitnya mencari daun bambu yang ukurannya besar. Padahal di Kaliwungu sekarang ini untuk mencari daun bambu yang idial untuk membuat sumpel sangat sulit. Sehingga tak jarang mereka pesan kepada orang lain yang bertempat tinggal di luar Kaliwungu. 
       Mengapa sumpel menjadi  makanan khas ketuwin. Ternyata bentuk sumpel inilah yang mengandung makna filosofis. Sumpel berbentuk segitiga ketika diposisikan berdiri.
Dengan demikian  hanya ada satu ujung (sudut) yang berada di atas. Sedangkan ujung (sudut) yang lain berada di bawah kanan kiri. Ujung di atas merupakan perlambang hablu minallah (  selalu ingat kepada Allah SWT). Sedangkan ujung bawah kanan kiri, merupakan perlambang hablu minannas ( hubungan antarmanusia ). Semoga ketuwinan di Kaliwungu akan terus memberi berkembang dan memberi kemanfaat. Amin

Abdul Basyid
                              Penulis adalah sekretaris
Lembaga Seni dan BudayaMuslimin Indonesia
(Lesbumi) Kecamatan Kaliwungu Selatan
tinggal di Perum. Kaliwungu Indah.

Essay Lepas :

Refleksi Makna Warna Bendera
Oleh : Abdul Basyid, S.Pd
Menjadi satu yang menarik ketika melihat sekumpulan bendera berjajar. Dengan warna dan gambar yang beraneka rupa. Kemeriahan kibaran mengusik cerita lama yakni bahwa warna dan gambar merupakan perlambang / isyarat sebuah organisasi. Sehingga orang dapat menerka – terka kemana organisasi ini akan dibawa.
Lalu bagaimana dengan merah putih ? Merah putih adalah warna bendera bangsa Indonesia. Hal ini telah tegaskan dalam UUD 1945 yakni pasal 35. Dengan demikian tidak ada dalih untuk mengibarkan bendera kebangsaan selain warna merah putih di seluruh negeri – dari Sabang sampai Merauke.
Pengibaran bendera kebangsaan selain merah putih jelas suatu pelanggaran konstitusi. Pun melukai hati pejuang negeri ini. Selain alasan tersebut merah putih mempunyai nilai – nilai yang luar biasa untuk negeri ini. Sepeti nilai historis, patriotis, nasionalis, dan kebersamaan.
Arti Merah Putih
      Suatu hari, seorang guru SD kelas V tengah bercerita tentang makna dari warna sangsaka merah putih. Dengan semangat berapi – api beliu menjelaskan hakikat dari warna merah. Katanya merah itu berani, merah itu semangat, merah itu pantang menyerah sambil tangannya mengepal ke atas. Lalu diapun memberikan contoh prilaku yang mencerminkan warna merah di kehidupan sehari – hari. Seperti tegas dalam mengambil keputusan, pantang menyerah dalam bekerja dan belajar, loyal dan hormat terhadap peraturan. Dan diapun tak lupa dia mengambil contoh para pahlawan negeri ini. Seperti Pangeran Diponegoro, Bung Hatta, Hasanudin, dan Jendral Sudirman.
       Selesai bercerita tentang hakikat warna merah pada bendera Indonesia, sang gurupun mulai menjelaskan tentang hakikat warna putih. Dengan kelembutan seorang guru dia mengatakan bahwa putih itu suci, putih itu ikhlas atau tanpa pamrih, putih itu kejujuran. Diapun tak lupa memberi contoh prilaku yang menyimpang dari makna warna putih. Seperti korupsi, berdusta, manipulasi, pungli, dll.
      Selesai menjelaskan hakikat warna bendera, Sang guru SD kelas V meminta kepada siswanya tatkala upacara bendera harus tertib dan tenang, apalagi disaat pengibaran sangsaka merah putih. Muridpun terdiam mendengar ajakan dari sang guru.
       Selesai menjelaskan dan menyampiakan himbauan sang guru memberi waktu kepada anak didiknya untuk bertanya.
Siapa yang kurang jelas ... ?
Silahkan bertanya .... ! kata Sang guru.
Dengan agak takut Dita bertanya.
" Bu ! Apakah adakah kemungkinan bendera Indonesia akan berubah warnanya  jika prilaku dari pejabat tidak mencerminkan dari warna merah dan putih ? " Kata Dita.
  1. " Bu ! Mengapa bendera merah putih yang di kantor - kantor pemerintahan warna kok sudah tidak jelas. Apakah itu gambaran dari prilaku pejabat kita ? " kata Mamat
" Bu ! Mengapa bendera kita tidak mau berkibar dengan gagahnya di negeri ini ? Apakah itu sebagai isyarat kalau di negeri ini tidak kompak lagi antara pemerintah dan yang diperintah ? "Kata Manurung.
Mendengar pertanyaan dari murid – muridnya sang guru itu pun mengatakan” baiklah anak – anakku dari pertanyaan itu ibu guru akan berusaha untuk menjawab tapi setelah melihat fakta di lapangan agar jawaban ibu nanti tidak menjadi fitnah”. Insyaallah !



Abdul Basyid, S.Pd

Minggu, 30 Januari 2011

Bengkuang Magelung Siap Diorbitan

Bengkuang Magelung Siap Diorbitan
Oleh Abdul Basyid *
     
Kaliwungu  Selatan merupakan kecamatan baru di lingkungan  kabupaten.                    
Usianyapun belum genap lima tahun. Sebagai pecahan dari kecamatan kaliwungu,  Kaliwungu Selatan mempunyai  potensi yang sangat menjanjikan. Terutama potensi dari sumber daya  yang berupa  hasil kebun. Seperti bengkuang, pete, durian, rambutan dan lain - lain.
       Di antara hasil kebun itu, ada salah satu yang patut kita garis bawahi adalah  bengkuang / besusu. Bengkuang kecamatan Kaliwungu Selatan banyak dihasilkan oleh  petani desa Magelung dan Protomulyo.  Bengkuang yang dihasilkan oleh dua desa tersebut sangat luar biasa. Selain berukuran besar, kandungan airnya cukup banyak. Sehingga sangat menyegarkan  ketika di makan di musim kemarau. Apalagi jika untuk rujakan atau lotekan.
        Kualitas bengkuang yang dihasilkan desa Magelung dan Proto mulyo tidak terlepas dari kondisi geografis dan kontur tanah  desa tersebut. Secara umum semua desa yang ada di Kaliwungu Selatan berada 12 m di atas permukaan laut Jawa. Sehingga wilayah Kaliwungu Selatan banyak berupa bukit  atau tanah tegalan. Dan ditambah lagi curah hujannya pun lumayan mendukung untuk keperluan berladang  atau berkebun yakni 83 mm dengan rata – rata perbulan 7 mm. Bahkan sebagian dari tanah yang ada di desa Proto mulyo adalah tanah merah.
       Melihat bengkowang atau besusu yang belum tergarap pemasarannya secara maksimal oleh petani Magelung dan Protomulyo membuat kita prihatin. Memang harga bengkuang satu ikat hanya Rp. 3.500,00. Tapi paling tidak dengan menjadikan bengkuang sebagai ikon Kaliwungu Selatan. Maka sedikit banyak akan mempengaruhi harga di pasaran. Dengan demikian kesejahteraan petani bengkuang sedikit terangkat.
      Salah satu strategi yang belum dilakukan adalah memanfaatkan jalan pangeran juminah sebagai ruang etalase memajang bengkuang. Mengingat jalan Pengeran Juminah adalah jalan alternatif  menuju Solo yang lewat Kaliwungu. Belum lagi jalan tersebut merupakan jalan utama menuju obyek wisata Air Panas Gonoharjo dan Goa Kiskendo dari arah utara. Sehingga setiap hari Minggu atau hari – hari libur jalan tersebut ramai dilalui rombongan keluarga atau muda – mudi yang akan berekreasi. 
Campur Tangan Kecamatan
Kondisi belum maksimalnya mengemas bengkuang ini, karena kurang tanggapnya pihak pemerintah kecamatan. Jika pemerintah kecamatan sedikit peduli dengan menginstrusikan agar warga desa Magelung dan Protomulyo memanfaatkan pinggir jalan sebagai ruang untuk promosi bengkuang. Seperti ketika musim durian. Maka nantinya bengkuang akan menjadi sauvenir atau buah tangan bagi mereka yang bepergian / melintas di jalan Pangeran Juminah.
          Atau paling tidak pemerintah  memberi ruang untuk menjajakan hasil kebunnya. Sehingga para petani tidak terlalu membuang energi dan biaya. 
Cerry Prothol
          Salah keunikan dari Kaliwungu Selatan adalah tansportasi. Transportasi reguler yang dipakai masyarakat adalah Cerry Prothol atau cerry pick up. Cerry Prothol atau cerry pick up menjadi transportasi utama  yang melayani rute seluruh desa yang ada di Kaliwungu Selatan. Jumlah cerry prothol lumayan banyak yakni 75 buah, yang terorganisir dalam IPAPPA. Setaip harinya yang beroperasi mencapai 50 buah. Trayeknya dari pasar Sore Kaliwungu hingga desa Sido Makmur dan desa Jeruk Giling.
             Keberadaan cerry prothol sangat membantu mobilitas masyarakat Kaliwungu Selatan. Terutama untuk mengangkut hasil bumi ke pasar di sekitar Kaliwungu, seperti pasar Gladak, pasar Pagi, pasar Srogo, bahkan hingga ke pasar Johar Semarang. Jam operasinya pun dari pukul 04.00 hingga pukul 18.00 WIB.
             Pada pukul tertentu yakni antara pukul 06.00 – 17.30 WIB, cerry prothol mengangkut penumpang dari anak sekolah, karyawan, atau bahkan pegawai. Dari sisi ongkos  cerry prothol lumayan lebih murah dari ojek dan dari juga tidak terlalu lama menunggu.
             Terlepas boleh tidaknya cerry prothol dijadikan angkutan penumpang, tidak ada jeleknya jika keberadaan cerry prothol dikemas lebih indah dan menarik. Agar keselamatan penumpang juga terlindungi terutama dari panas dan hujan. Sehingga suasana nyaman berkendaraan tetap terpelihara. Seperti penambahan untuk sandaran punggung, tempat duduk, dan atap.
             Jika terealisasi bukan tidak mustahil cerry prothol akan menjadi ikon kedua setelah bengkuang.  

Abdul Basyid
 Penulis adalah sekretaris
Lembaga Seni dan BudayaMuslimin Indonesia
(Lesbumi) Kecamatan Kaliwungu Selatan
tinggal di Perum. Kaliwungu Indah
 RT 03 / RW 10                   




”BERIBADAT” LAH UNTUK PILKADA



”BERIBADAT” LAH UNTUK PILKADA
Oleh : Abdul Basyid

       Di tahun 2010 ini, ada 17 daerah tingkat dua di Jawa Tengah yang menyelenggarakan pesta demokrasi.  Salah satunya adalah kabupaten Kendal  yang pelaksanaannya hari Minggu tanggal 6 Juni 2010. Bahkan rencana tersebut telah disosialisaikan jauh –jauh hari dengan harapan masyarakat Kendal dapat berpartisipasi. .
        Terlepas dari sosialisasi atau promosi, masyarakat berharap pilkada tahun ini membawa kemaslahatan bagi kabupaten Kendal. Sehingga predikat  kurang baik untuk kabupaten ini dapat  tertutupi dengan proses pilkada yang fair play , elegan, dan penuh tanggung jawab.
         Untuk menghindari rendahnya partisipasi masyarakat dalam pilkada perlu disusun formula yang tepat sehinngga masyarakat termotivasi datang untuk menyampaikan hak suaranya sehingga masyarakat Kendalah yang menjadi pemenang utama dalam kegiatan tersebut. Salah satunya cara adalah dengan  mengangkat Slogan Beribadat sebagai nafas dalam pemilihan kepala daerah.
Nilai – Nilai Beribadat.
       Beribadat merupakan akronoim dari kata Bersih, Indah, Barokah, Damai, Aman dan Tertib. Kata – kata tersebut mempunyai  nilai – nilai  sekaligus harapan masyarakat kabupaten Kendal. Maka tidak ada salahnya jika nilai – nilai itu menjadi warnai dan barometer pilkada di kabupaten Kendal.
        Bersih. Bersih itu bebas dari kotoran ( KBBI : 125 ). Para calon bupati diharapkan juga seperti itu. Bebas segala berita miring, bebas dari prilaku negatif, atau bebas dari sangkaan korupsi. Mengingat  bupati adalah pejabat negara yang setiap harinya akan menjadi suri tauladan bagi masyarakat.
        Indah. Indah dalam KBBI mempunyai  dua arti. Pertama keadaan enak dipandang dan yang kedua indah berarti peduli ( KBBI : 376 ). Jika menilik arti tersebut dapat di simpulkan bahwa keadaan enak dipandang berhubungan dengan  penataan kondisi lingkungan. Sedangkan peduli mempunyai korelasi dengan kepekaan sosial. Maka sangat relevan bila  kata indah dalam slogan beribadat dijadikan program pada saat kampaye. daripada saling mencerca atau menyerang calon yang lain (black campaign). Isu kampaye yang pas dengan kata indah seperti strategi pengestasan kemiskinan, peningkatan pelayanan kesehatan, pendidikan murah dan berkualitas  di tingkat SMA, dan perlindungan terhadap pedagang kecil dan TKI.
        Barokah. Sebuah kata yang sering diucapkan, namun sulit untuk dijabarkan tapi dapat dirasakan. Kata barokah tidak ditemukan dalam KBBI. Yang ada kata Berkah. Berkah bermakna karunia tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia (KBBI:124). Dapatkah  hasil pilkada di kabupaten Kendal membawa berkah ? Kalau kita lihat akhir – akhir ini di seluruh Indonesia banyaknya persoalan yang menimpa pejabat negara  berujung di penjara. Masya allah.
         Cukuplah itu berhenti sampai di sini. Semoga pilkada di kabupaten Kendal memunculkan orang – orang yang membawa manfaat untuk kemajuan dan  kemakmuran masyarakat Kendal. Cerita masa lalu biarlah menjadi potret buram dan bahan renungan bersama.
         Damai. Damai bermakna tidak ada kerusuhan, aman, dan  rukun ( KBBI: 207). Menang sesuatu yang idamkan, kalah jangan sampai terjadi itulah cita -  cita para kontestan. Jika itu terus terpatri dibenaknya maka akan membawa dampak luar biasa. Yang ujung – ujungnya tidak dapat menerima hasil dari pilkada. Sehingga muncullah prilaku anarkhis.
           Rrilaku anarkhis sering mewarnai pelaksanaan pikada. Secara umum anarkhis dikelompokkan menjadi tiga yakni anarkhis prapemilihan, saat pemilihan, dan pascapemilihan. Anarkhis prapemilihan  seperti kampaye hitam, serangan fajar, atau pada tataran administrasi seperti DPT yang tidak valid, paksaan terhadap KPU, kertas suara yang rusak. Anarkhis di saat pemilihan juga sering muncul. Apakah itu pesanan atau rendahnya kualitas pelaksana. Seperti KPPS membiarkan para saksi berkeliaran di dekat bilik suara, meloloskan orang memilih dua kali.  Anarkhis pascapemilihan merupakan imbas dari dua anarkhis di depan. Yang akhirnya memunculkan brutalisme di tingkat bawah.           
         Aman. Banyak cerita tentang  ketidakpuasan hasil pilkada. Yang akhirnya memunculkan gejolak di daerah tersebut hingga berlarut – larut. Jika hal itu tidak diantisipasi sejak awal oleh para kontestan dan panitia penyelengra (KPU)ketentraman daerah itu menjadi taruhannya. Kondisi ini jelas bertentangan dengan kata aman yang diisyaratkan dalam kendal beribadat. Aman bermakna tentram ( KBBI: 29). Untuk itu mari kita canangkan empat aman yakni aman persiapan, aman pelaksanaan, aman perhitungan dan aman pelantikan.
         Tertib.  Tertib adalah teratur / sesuai dengan aturan (KBBI:1049). Dari definisi tertib sudah jelas pilkada dapat berjalan lancar jika semua kontestan mematuhi aturan yang berlaku. Hindari hal – hal yang tidak sehat seperti kampanye sebelum waktunya, mobilisasi PNS, saling fitnah, dll.  
           Ayo sudah saatnya kedepankan nilai beribadat pada saat pemilihan kepala daerah di kabupaten Kendal. Perkara siapa yang menang sepenuhnya adalah irodat Nya yang Maha Kuasa.
          
Abdul Basyid
 Penulis adalah sekretaris
Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia
(Lesbumi) Kecamatan Kaliwungu Selatan
tinggal di Perum. Kaliwungu Indah.